Tyto Alba, Pengendali Tikus Alami
Tikus merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi yang
sangat merugikan. Serangan tikus tergolong cepat dengan type kerusakan mutlak,
artinya kerusakan pada tanaman atau bagian tanaman yang dapat menyebabkan
tanaman atau bagian tanaman tersebut tidak menghasilkan.
Perkembangan tikus sangat cepat, yang disebabkan karena
kemampuan reproduksi tikus yang sangat tinggi. Tikus memasuki masa reprodukif
pada usia 2-3 bulan, dengan masa bunting 21-23 hari, dan 24-48 jam setelah
melahirkan segera memasuki masa berahi kembali.
Apabila faktor pakan dan lingkungan mendukung, tikus dapat menghasilkan
3-8 pasang anak dalam satu kali fase reproduksi. Sehingga rerata 1 pasang ekor
tikus dapat menghasilkan keturunan menjadi 2048 ekor setahun.
Umumnya tikus hidup dalam koloni dan menyerang tanaman
secara bersamaan. Ciri kerusakan tanaman padi yang terserang tikus adalah
bentuk potongan pada batang tanaman menyerong dengan sudut 45◦ yang ditimbulkan oleh keratan tikus.
Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan sanitasi lingkungan, yaitu dengan membersihkan pematang dan
daerah aliran air, sehingga tikus kehilangan tempat persembunyian. Selain itu
dapat dilakukan gropyokan atau gerakan pengendalian secara mekanis pada saat
bero, dengan melibatkan banyak orang. Secara teknis budidaya, pengendalian
tikus dapat dilakukan dengan pengaturan pola tanam, sehingga rantai
ketersediaan pakan terputus.
Salah satu upaya pengendalian yang sedang
marak digalakkan saat ini adalah pengendalian secara biologis/alami dengan
memanfaatkan musuh alami tikus berupa Burung Hantu (Tyto alba).
Tyto alba termasuk hewan nocturnal, yaitu hewan yang aktif pada malam hari. Biasanya burung ditemukan bersarang pada pohon yang tinggi, atap-atap rumah kosong atau tinggi. Keberadaan Tyto alba dapat diketahui dari kotoran burung yang berupa aliran putih pada genting, serta kadang ditemukan sisa-sisa bulu tikus yang tidak tercerna, tercecer di sekitar tempat bersarang.Dalam satu malam, Tyto alba dewasa dapat memangsa 3-4 ekor tikus.
Untuk mengembangkan Tyto alba, saat ini banyak terlihat
bangunan RUBUHA (Rumah Burung Hantu) di sekitar persawahan. Secara teknis,
setiap sarang akan dihuni oleh satu induk burung, dan apabila induk berkembang
biak, setelah cukup umur maka anaknya dipaksa untuk berpindah sarang. Sehingga
dengan ciri tersebut, dibuat rumah buatan untuk upaya konservasi Tyto alba.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam
pembuatan Rubuha antara lain adalah:
1. Dibuat / dipasang dengan ketinggian minimal 3 m
dari permukaan tanah.
2. Ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, tinggi 50 cm,
dan dibuatkan pintu dengan ukuran 10 x 12 cm
3. Dibuat teras atau pintu dibuat 10 cm dari dasar
lantai rubuha dengan maksud agar anakan tidak jatuh
4.
Pemasangan diupayakan jauh dari jalan/lalu
lalang orang maupun kendaraan
Komentar
Posting Komentar